Breaking News
Loading...
Senin, 26 September 2011

Membentuk Jama'ah Dakwah yang Ideal



    oleh: Fahruroji

 
        Kebutuhan akan dakwah menjadi hal yang mulai disadari umat Islam saat ini. Berkembang pesatnya zaman menjadi faktor utama menyebarnya dakwah Islam. Diantaranya adalah modernisasi media dakwah, baik melalui sarana komunikasi maupun media massa. Dakwah Islam menjadi tidak asing bagi kita; kita dapat menemuinya lewat program televisi, sms dakwah, artikel di koran, majalah islam dan blog serta web-web islam, bahkan muslim dewasa ini mampu menciptakan aplikasi yang berisi muatan dakwah.
       Tentunya kemajuan pengetahuan masyarakat tentang Islam dewasa ini semakin meningkat dibanding pada tahun 80-an. Namun apakah dakwah Islam di masyarakat adalah dakwah kepada Islam yang sebenarnya? Mengapa semakin banyak pengetahuan masyarakat akan Islam saat ini menambah runcing perbedaan pendapat yang berkembang? Mengapa justru terdapat fenomena penolakan dakwah? Pertanyaan besar seharusnya muncul di segenap muslim yang memiliki kesadaran dakwah. Kesadaran dakwah yang harus dibangun dengan memahami urgennya jamaah Islam yang Ideal.
Amanah dakwah
 عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
       Dari Abdullah bin Amr bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sampaikanlah (apa yang bersumber) dariku walau hanya satu ayat dan tidak mengapa menceritakan prihal bani Israel; serta siapapun yang berdusta atas namaku maka bersiaplah mendapat tempatnya di neraka”[1].
      Dari hadis di atas ada beberapa strong point yang dapat kita pahami, diantaranya:
1.       Dakwah menjadi kewajiban masing-masing muslim, dimana dakwah sendiri terbagi menjadi tiga macam[2], yaitu:
a.       Dakwah kepada semua manusia;
b.      Dakwah kaum muslimin kepada sesama muslim;
c.       Dakwah seorang muslim kepada sesama muslim.
2.       Dakwah bersumber dari al-Quran dan Sunnah ;
3.       Menjadikan kisah umat terdahulu sebagai muatan dakwah dan sebagai ibrah (pelajaran) bagi umat muslim;
4.       Dakwah tidak berdasarkan hawa nafsu atau kepentingan pribadi dan Rasul mengancam bagi orang-orang yang berdusta atasnya.

Format jamaah dakwah
      Memformat jamaah dakwah tidaklah dengan hanya memberikan ruh semangat dakwah kepada para dainya lalu mengabaikan aspek lain yang urgen dalam berdakwah. Karena dikhawatirkan pada akhirnya justru dai yang menjadi pemecah persatuan umat atau bahkan mengajak umat Islam ke jalan yang sesat. Naudzubillah min dzalik.
Dalam memformat jamaah dakwah, ada banyak hal yang dirasa harus kita titik beratkan dalam pelaksanaannya, diantaranya:

a.       Penanaman dan pendalaman akidah
       Akidah adalah dasar dari risalah dakwah karena itu ia menjadi sangat urgen bagi intern jamaah dakwah sendiri. Dakwah dimulai dari pembinaan akidah yang benar dan melebar ke berbagai aspek agama. Rasulullah menyampaikan amanah dakwahnya kepada Mu’adz bin Jabal yang menjadi utusan di Yaman dengan menjadikan penanaman akidah sebagai hal pertama yang harus disampaikannya kepada masyarakat, sebelum ia mengajarkan shalat, zakat dan ragam ibadah lainnya.
b.      Penghilangan keragu-raguan (syubhat)
       Dakwah mengajak kepada kebenaran dan persatuan umat Islam tentunya menjadi pukulan tersendiri bagi musuh-musuh Islam dan mereka yang membencinya. Hal ini menjadikan mereka mencari jalan untuk menjauhkan kaum muslim dari ajaran Islam. Pada akhirnya mereka menggagaskan perang dingin yang salah satu amunisinya adalah menyebarkan subhat-subhat kedalam ajaran Islam. Hal ini telah dilancarkan sejak perang salib berakhir yang memakan waktu hingga 200 tahun dengan kemenangan mutlak bagi umat muslim.
       Fenomena yang terjadi sekarang, subhat-subhat tersebut kini mulai mendarah daging di masyarakat. Pemahaman tentang subhat dan bagaimana mengatasinya adalah bagian penting dalam jalan dakwah saat ini, baik di internal jamaah maupun muslim umumnya.
c.       Persaudaraan dan persatuan
       Hal ini merupakan langkah pertama Rasul saw. dalam membangun negri Madinah, mempersaudarakan muhajirin dan anshar. Persatuan menyebabkan kuatnya persatuan, persatuan adalah kekuatan muslim. Dan Allah menyukai hal tersebut[3].
      Dengan begitu jamaah dakwah diharapkan sebagai pemersatu umat di kondisi umat yang terpecah belah saat ini. Karena kenyataannya, umat yang mayoritas ini seperti dalam kondisi yang digambarkan Rasul saw. empat belas abad yang lalu; seperti buih dilautan.
      Persaudaraan dan persatuan adalah indentitas muslim sebenarnya, karena kita satu tubuh yang saling merasakan. Perpecahan adalah kekalahan umat muslim di perang salib pertama, sedangkan Shalahuddin dan tekad persatuan adalah kekuatan muslim mengalahkan Cattilon dan kesatria templarnya[4]. Perpecahan muslim sekarang melahirkan duka Palestina, dan persatuan menjadi dakwah kita untuk menghapus duka tersebut dan duka lainnya.
d.      Pembinaan ruhiyah
       Hal terpenting dalam pembinaan ruhiyah jamaah dakwah adalah lahirnya pengamalan sebelum penyampaian dakwah. Karena Rasul saw., sahabat-sahabat r.a. dan generasi salaf mendakwahkan Islam dengan mendahulukan teladan. Firman Allah “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan[5].”
e.      Asas dakwah bukan hakim
      Dalam memformat jamaah dakwah yang ideal, dibutuhkan penumbuhan kesadaran akan hakikat dakwah. Dakwah adalah menyerukan saudara kita kepada kebenaran; dakwah bukanlah layaknya hakim yang menstempel orang yang sedikit berbeda fikrah (pemahaman) dengan kita dengan kata salah, sesat bahkan sampai mengkafirkan. Karena hal inilah yang menjadi salah satu sebab meruncingnya perbedaan. Memahami dakwah memerlukan pemahaman akan kearifan empat imam madzhab yang tidak memaksakan pengikutnya memilih madzabnya. Nahnu du’at wa laisa qudhat (kita adalah dai dan bukanlah hakim).

f.        Efisiensi dakwah
      Tidak dapat dipungkiri bahwa kita memerlukan efisiensi dakwah sehingga kita dapat memaksimalkan fungsi jamaah dakwah. Dakwah tidak hanya dengan menyerukan lalu ditinggalkan; dakwah yang ideal lebih dari sekedar itu. Dakwah juga butuh strategi agar lebih mengena apa yang akan disampaikan. Dan pada akhirnya kita serahkan semuanya pada Allah, karena apa yang ditentukan Allah adalah yang terbaik. Wama nahnu illa al-ballagh.
      Belajar dari meneladani sirah nabi, kita akan menemukan bagaimana nabi Muhammad menggunakan strategi dalam dakwahnya, diantaranya:
1.       Dakwahnya kepada orang-orang terdekat;
2.       Memanfaatkan momentum, diantaranya:
a.       Melalui momentum haji, Rasul saw. menyampaikan dakwahnya kepada jamaah yang berasal dari Madinah;
b.      Melalui momentum perjanjian Hudaibiyah, Rasul saw. mengutus para sahabatnya sebagai utusan dalam menyebarkan Islam.
3.       Mengutamakan musyawarah untuk menyatukan pendapat, diantaranya:
a.       Menentukan perkara tahanan perang Badr;
b.      Menentukan adzan;
c.       Menentukan siasat perang Uhud;
d.      Menentukan siasat perang khandaq
4.       Tidak mengabaikan hal-hal yang juga penting dalam dakwah, seperti:
a.       Rasululullah saw. memerintahkan Zaid untuk belajar banyak bahasa;
b.      Rasulllah saw. membuat cincin yang digunakannya untuk stempel dalam surat yang akan dikirimkan para utusan.
5.       Tidak mempermasalahkan nama dan lebih memperhatikan substansi. Rasul saw. menerima pendapat musyrikin Mekah pada perjanjian Hudaibiyah yang memerintahkan agar tidak menulis namanya dengan label ‘Rasulullah’ dibelakangnya, tetapi menulisnya dengan nasabnya; Muhammad bin Abdullah. Sahabat semula tidak setuju namun pada akhirnya Rasul saw. sendiri yang menghapusnya.
6.       Rasulullah saw. memantapkan komitmen sahabat pada Islam dan ketaatan mutlak pada Allah dan Rasul-Nya. Komitmen sahabat dapat tercermin dalam baiat mereka di baiat Aqabah satu dan dua, baiat Ridwan, dll. Komitmen inilah yang seharusnya kita terapkan pada jamaah dakwah agar selalu  berkomitmen pada Islam dan jalan dakwah.
       Demikianlah yang penulis kira perlu dalam memformat jamaah dakwah yang ideal. Jamaah yang membawa risalah Islam yang mulia; memberikan pencerahan umat dan menepis pemikiran-pemikiran yang kini banyak merusak masyarakat umumnya. Akhirnya kita disadarkan bahwa tugas yang mulia ini membutuhkan komitmen, kesungguhan dan visi yang jelas. Imam Hasan al-Bana berkata:
الواجبات أكثر من الأوقات  
Kewajiban itu lebihbanyak dari pada waktu
Seorang penyair berkata:
أعمالنا كل يوم تتجدد   وأما الكسالى فليتهم لم يولد
Pekerjaaan kita setiap hari bertambah
sedangkan pemalas andaikan saja mereka tidak dilahirkan

Wallahu a’lam


[1] HR. Bukhari
[2] Al-Dakwah ila Allah, Dr. Taufik Wai, hal 31
[3] Firman Allah swt. “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Al-Shaf: 4)
[4] Perang Salib III. James Reston, Jr
[5] Al-Shaf ayat 3


0 comments :

Posting Komentar

Back To Top