Breaking News
Loading...

Recent Post

Sabtu, 27 Desember 2014
Father and His Girl

Father and His Girl



Rabu, 27 Agustus 2014
no image

Istri, Pendidikan dan Kerja


Saya setuju dengan harusnya Istri berpendidikan tinggi,
karena pendidikan anak 75% nya ada ditangan ibu.
Namun berpendidikan tinggi mengharuskan karir, tidak sepenuhnya betul.

Tujuan pendidikan bukan karir, karena ilmu tak dihargai dengan uang.
Menjadi ibu adalah pekerjaan hebat, meski sang ibu sendiri merasakannya saat anak telah dewasa. Ibu tersebut baru sadar betapa hebatnya dia.
Tapi berkarir yang dapat menghilangkan fungsi keibuan adalah kesia-siaan.

Betapa banyak anak 'terlantar' karena ibu nya 'sukses' berkarir.
Batapa banyak pula anak 'sukses' dari ibu yang sederhana, namun 'tak menelantarkannya'.

Jika anda seorang anak, ibu yang seperti apa idamanmu?
Yang setia mendampingimu, atau yang waktunya untuk pekerjaan...
Dan jika anda seorang calon ibu, maunya menjadi ibu yang bagaimana?

Lantas, pekerjaan yang ideal untuk ibu...apakah? 
Harta dan Kebahagiaan

Harta dan Kebahagiaan



Harta dan kekayaan lebih sering tidak menimbulkan kebahagiaan...


Di masyarakat desa yang sederhana perceraian bisa terjadi hanya 1x/tahun.

Sedang masyarakat kota yg hedonis, perceraian bisa terjadi 1x/hari.

Dan di negara super kaya Kuwait, lebih dari separuh penduduknya sudah pernah bercerai.

Jangan menjadi miskin dan jangan berambisi kaya.

Mari menjadi penderma, bagaimana pun kondisi kita. 
Politik Mahabarata

Politik Mahabarata


Akhirnya...
Panggung politik tetaplah memuakkan...

Makanan basi yang diharap mengenyangkan,
malah tumpahkan isi perut dengan muntahan.

Panggung diisi pahlawan bertopeng, kesiangan.
Penonton berteriak maling, pun nikmati hasil curian.

Lalu disiang bolong mereka berteriak,
masih ada harapan!!

Lalu politik lewat begitu saja,
dengan muka tanpa dosa.
Bahkan lupa dengan lukanya,
lupa dengan tangis darahnya.

Mahabarata pun tuliskan ulang kisahnya,
kali ini, di dataran kurukshetra Indonesia.
ada anak-anak Pandu dan Dretarastra,
ada seribu amukan Bharatayuddha.

Satu persatu, luka menganga...

dan...
Gandari pun tersenyum,
Sengkuni mengangguk manyun.
Back To Top